Lima Wasiat Penting Untuk Pemuda – Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr #NasehatUlama
Dan di antara wasiat-wasiat dari ulama salaf—semoga Allah merahmati mereka—untuk para pemuda, adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab al-Ḥilyah: Dari Abu al-Malīḥ, beliau berkata bahwa Maimun bin Mihrān—saat kami bermajelis bersamanya—berkata,
(WASIAT PERTAMA)
“Wahai para pemuda, letakkan kekuatan dan semangat muda kalian pada ketaatan kepada Allah.” Maksudnya, manfaatkan kekuatan dan semangat di masa muda tersebut untuk ketaatan kepada Allah, dan semua hal yang mendekatkan kepada-Nya Subḥānahu wa Taʿāla.
(WASIAT KEDUA)
Kemudian beliau berkata, “Wahai para orang tua, sampai kapan? Wahai para orang tua, sampai kapan?”
Yakni, sampai kapan kalian menunggu dan tidak memanfaatkan hidup kalian untuk ketaatan kepada Allah Subḥānahu wa Taʿāla?
Abu Nu’aim juga meriwayatkan dalam kitab al-Ḥilyah, dari al-Firyabi, beliau berkata,
“Suatu ketika, Sufyan aṯ-Ṯauri menunaikan salat, kemudian menoleh ke para pemuda dan berkata,
(WASIAT KETIGA)
‘Jika kalian tidak salat sekarang, lantas kapan?’”
Maksudnya, jika kalian tidak salat sekarang, yaitu saat masih muda, kuat, dan semangat, lantas kapan kalian akan salat? Kapan akan salat?
Jika para pemuda tidak memanfaatkan masa mudanya untuk memperbanyak sujud kepada Allah Subḥānahu wa Taʿāla, mungkin akan tiba suatu masa dalam hidupnya, dia ingin bersujud, namun sudah tidak mampu.
Dia ingin bersujud, meletakkan keningnya di tanah, namun sudah tidak mampu. Dia tidak mampu, dia ingin, tapi sudah tidak mampu.
Karena kekuatan di masa muda menghasilkan gerakan yang fleksibel, mudah, dan ringan, dan bisa mengerjakan sesuatu dengan mudah dan gampang.
Namun jika dia sia-siakan, mungkin akan datang masanya di mana dia ingin bersujud, namun sudah tidak memiliki kemampuan karena melemahnya kekuatan, atau rasa sakit di sebagian badannya, sehingga tidak mampu lagi bersujud, dia tidak mampu lagi bersujud.
Oleh sebab itulah, beliau berkata, “Jika kalian tidak salat sekarang, lantas kapan?”
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan dalam kitab beliau, Ṣifatu al-Jannah, dari ar-Rabīʿah bin Kulṯum, bahwasanya beliau berkata, “Al-Hasan melihat ke arah kami, yaitu para pemuda yang duduk di sekitarnya, beliau kemudian berkata,
(WASIAT KEEMPAT)
‘Wahai para pemuda, apakah kalian tidak rindu bertemu al-Ḥūru al-ʿAin (bidadari surga)?’
‘Wahai para pemuda, apakah kalian tidak rindu bertemu al-Ḥūru al-ʿAin?’”
Ini adalah pengingat agar seseorang rindu dengan surga dan nikmatnya, karena jika hal ini ada dalam hati seorang pemuda, dengan izin Allah Subḥānahu wa Taʿālā, akan menggerakkannya untuk beramal untuk akhirat dan berusaha menggapainya.
Allah berfirman, “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al-Isra’: 19)
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan dalam kitab beliau, Ṭūlu al-ʾAmali, dari ‘Uqbah bin Abi Ṣaḥbāʾ,
(WASIAT KELIMA)
beliau berkata, “Aku mendengar al-Hasan berkata, ‘Wahai para pemuda, waspadalah terhadap menunda-nunda: nanti aku lakukan, nanti aku lakukan.” Ini adalah penyakit para pemuda. Penyakit pada masa muda adalah ucapan “Nanti aku lakukan.”
Penyakit yang banyak membinasakan para pemuda adalah ucapan “Nanti aku akan taubat, akan menjaga salat, akan berbakti kepada orang tuaku.”
Nanti, nanti, dan terus menunda, enggan melakukannya, tidak bersegera dan tidak memanfaatkan kesempatan, tapi terus menunda-nunda, setiap kali jiwanya mengajaknya untuk bertaubat, menjaga salat, berbakti kepada orang tua, atau amalan lainnya, penyakit ini datang menghampirinya, kemudian menunda, dia berkata, “Nanti, bulan depan, tahun depan, jika aku sudah berumur sekian.”
Dia menunda dan menunda, hingga kehilangan keberkahan masa mudanya, dan tidak bisa memanfaatkan waktunya dan terus menunda, bahkan sebagian mereka menunda taubat, hingga umur tertentu dalam hidupnya, namun ajal terlebih dahulu datang, sebelum dia mencapai umur itu. Ajal terlebih dahulu menjemputnya, sebelum dia sampai umur tersebut. Sehingga beliau berkata, “Wahai para pemuda, waspadalah terhadap menunda-nunda, nanti aku lakukan, nanti aku lakukan.”
================================================================================
مِنْ جُمْلَةِ أَيْضًا وَصَايَا السَّلَفِ رَحِمَهُمُ اللهُ تَعَالَى لِلشَّبَابِ
مَا رَوَاهُ أَبُو نُعَيمٍ فِي الْحِلْيَةِ
عَنِ أَبِي الْمَلِيحِ قَالَ: قَالَ مَيْمُونُ بْنُ مِهْرَانَ وَنَحْنُ حَوْلَهُ
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ قُوَّتَكُم اجْعَلُوهَا فِي شَبَابِكُمْ وَنَشَاطِكُمْ فِي طَاعَةِ اللهِ
يَعْنِي اسْتَغِلُّوا قُوَّةَ الشَّبَابِ وَالنَّشَاطِ اسْتَغِلُّوا ذَلِكَ فِي طَاعَةِ اللهِ
وَمَا يُقَرِّبُ إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
ثُمَّ قَالَ يَا مَعْشَرَ الشُّيُوخِ حَتَّى مَتَى؟ يَا مَعْشَرَ الشُّيُوخِ حَتَّى مَتَى؟
يَعْنِي حَتَّى مَتَى تَنْتَظِرُونَ لَا تَسْتَغِلُّونَ حَيَاتَكُمْ فِي طَاعَةِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
وَرَوَى أَبُو نُعَيمٍ فِي الْحِلْيَةِ عَنِ الْفِرْيَابِيِّ قَالَ
كَانَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ يُصَلِّي ثُمَّ يَلْتَفِتُ إِلَى الشَّبَابِ فَيَقُولُ
إِذَا لَمْ تُصَلُّوا الْيَوْمَ فَمَتَى؟
إِذَا لَمْ تُصَلُّوا الْيَوْمَ أَيْ فِي مَرْحَلَةِ شَبَابِكُمْ وَقُوَّتِكُمْ وَنَشَاطِكُمْ
فَمَتَى تُصَلُّونَ؟ فَمَتَى تُصَلُّونَ؟
إِذَا لَمْ يَسْتَغِلِّ الشَّبَابُ مَرْحَلَةَ الشَّبَابِ فِي السُّجُودِ لِلهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
قَدْ تَأْتِي مَرْحَلَةٌ مِنْ حَيَاتِهِ يَوَدُّ أَنْ يَسْجُدَ لَكِنْ لَا يَسْتَطِيعُ
يَوَدُّ أَنْ يَسْجُدَ يَوَدُّ أَنْ يَجْعَلَ جَبْهَتَهُ فِي الْأَرْضِ
فَلَا يَسْتَطِيعُ
لَا يَسْتَطِيعُ وَهُوَ رَاغِبٌ فِي ذَلِكَ لَكِنْ لَا يَسْتَطِيعُ
لَكِنَّ حَرَكَةَ الْقُوَّةِ فِي مَرْحَلَةِ الشَّبَابِ حَرَكَةٌ مَرِنَةٌ وَسَهْلَةٌ وَيَسِيرَةٌ
وَيَتَمَكَّنُ بِيُسْرٍ وَبِسُهُولَةٍ
فَإِذَا فَرَّطَ رُبَّمَا يَأْتِي عَلَيْهِ مَرْحَلَةٌ يَوَدُّ أَنْ يَسْجُدَ
لَكِنْ مَا تُصْبِحُ عِنْدَهُ قُدْرَةٌ بِسَبَبِ ضَعْفِ قُوَاهُ
أَوْ بَعْضِ الْإِصَابَاتِ فِي بَعْضِ بَدَنِهِ فَلَا يَتَمَكَّنُ مِنَ السُّجُودِ
لَا يَتَمَكَّنُ مِنَ السُّجُودِ
فَيَقُولُ: إِذَا لَمْ تُصَلُّوا الْيَوْمَ فَمَتَى؟
وَرَوَى ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا فِي كِتَابِهِ صِفَةِ الْجَنَّةِ
عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ كُلْثُومٍ قَالَ
نَظَرَ إِلَيْنَا الْحَسَنُ وَنَحْنُ حَوْلَهُ شَبَابٌ فَقَالَ
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ أَمَا تَشْتَاقُونَ إِلَى الْحُوْرِ الْعِينِ؟
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ أَمَا تَشْتَاقُونَ إِلَى الْحُوْرِ الْعِينِ؟
وَهَذَا التَّنْبِيهُ إِلَى الشَّوْقِ إِلَى الْجَنَّةِ وَنَعِيمِهَا
وَأَنَّهُ إِذَا قَامَ فِي قَلْبِ الشَّابِّ حَرَّكَهُ بِإِذْنِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
لِعَمَلِ الْآخِرَةِ وَالسَّعْيِ لَهَا
وَاللهُ يَقُولُ: وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا
وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
وَرَوَى ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا فِي كِتَابِهِ طُولِ الْأَمَلِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ أَبِي الصَّهْبَاءِ
قَالَ سَمِعْتُ الْحَسَنَ يَقُولُ: يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ إِيَّاكُمْ وَالتَّسْوِيفَ
سَوْفَ أَفْعَلُ سَوْفَ أَفْعَلُ
وَهَذِهِ آفَةُ الشَّبَابِ
آفَةُ مَرْحَلَةِ الشَّبَابِ سَوْفَ أَفْعَلُ
الآفَةُ الَّتِي أَهْلَكَتْ كَثِيرًا مِنَ الشَّبَابِ
سَوْفَ أَتُوبُ سَوْفَ أُحَافِظُ عَلَى الصَّلَاةِ سَوْفَ أَبِرُّ وَالِدِي
سَوْفَ سَوْفَ يُؤَجِّلُ لَا يَفْعَلُهُ وَلَا يُبَادِرُ وَلَا يَغْتَنِمُ
وَإِنَّمَا يُؤَجِّلُ كُلَّمَا حَدَّثَتْهُ نَفْسُهُ بِتَوْبَةٍ أَوْ مُحَافَظَةٍ عَلَى الصَّلَاةِ
أَوْ عِنَايَةٍ بِبِرِّ الْوَالِدَيْنِ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ جَاءَتْهُ هَذِهِ الْآفَةُ
وَأَجَلَّ قَالَ: سَوْفَ أَفْعَلُ بَعْدَ شَهْرٍ بَعْدَ سَنَةٍ إِذَا بَلَغْتُ مِنَ الْعُمْرِ كَذَا
يُؤَجِّلُ وَيُؤَجِّلُ حَتَّى يَفُوتَهُ بَرَكَةُ الشَّبَابِ
يَفُوتَهُ اِغْتِنَامُ الْوَقْتِ وَلَا يَزَالُ فِي تَسْوِيفٍ وَرُبَّمَا أَنَّ بَعْضَهُمْ أَجَّلَ التَّوْبَةَ
إِلَى أَنْ يَصِلَ إِلَى عُمْرٍ مَا مِنْ حَيَاتِهِ فَاحْتَرَمَتْهُ الْمَنِيَّةُ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى ذَلِكَ الْعُمْرِ
اِحْتَرَمَتْهُ الْمَنِيَّةُ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى ذَلِكَ الْعُمْرِ
فَكَانَ يَقُولُ: يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ إِيَّاكُمْ وَالتَّسْوِيفَ سَوْفَ أَفْعَلُ سَوْفَ أَفْعَلُ